SELAMAT DATANG

Kamis, 10 September 2015

Lewat 30 Tahun Yang Lalu

Setelah 30 tahun lulus SMA hampir tidak pernah ketemu dengan teman-teman sekelas di IPA-2 SMA Negeri 1 Magelang tapi lebih dari tiga minggu lalu ada ajakan untuk reuni kelas di Surabaya.

Tapi sayang aku tidak bisa ikut karena ada tugas yang tidak bisa ditinggalkan dan tentunya sangat sedih dan menyesal...., meskipun demikian aku tetap bersyukur karena pertemana dan persahabatan dapat dibangun lagi.
Ayo kawan kita pererat kempali pertemanan dan persahabatan kita!

Reuni teman-teman di Surabaya

Juwita


di Lapangan Basket SMANSA Magelang

Basuki, Djoko, dan Albertus

Jumat, 19 Juni 2015

BAGAIMANA INDONESIA ...?

Siapa yang memikirkan Indonesia, siapa yang memikirkan kesejahteraan rakyat Indonesia, siapa yang mikirkan kemajuan Indonesia kalau mereka yang seharusnya memikirkan hanya sibuk memikirkan kesejahteraan dan kemakmuran golongannya, yang pada akhirnya hanya memikirkan perutnya sendiri?

Ingatkah saat mereka kampanye dulu, mengumbar janji kepada rakyat untuk mensejahterakan tapi sekarang sibuk dengan urusan pribadi dan golongannya sendiri. mereka tidak sadar atau tidak peduli bahwa bahaya kehancuran dan disintegrasi bangsa sedang terjadi.

Dana apresiasi bagaimana dampaknya kepada masyarakat luas? Apakah nanti tidak akan terjadi penambahan pengelompokan? Di sini masyarakat partai A, di situ masyarakat partai B, di soso masyarakat partai C, di "sinu" masyarakat partai D dst. Dana apresiasi juga dapat dimanfaatkan parpol untuk "cari muka" di mata masyarakat yang akan membuat masyarakat makin terkotak-kotak..

Begitu susahnya para pahlawan pendiri negeri ini menyatukan Indonesia, menyatukan masyarakat yang sangat pluralistik, namun sekarang para penentu kebijakan dan pemegang kekuasaan mencabik-cabiknya. Tidak mudah menyatukan Indonesia tetapi mungkin untuk mencabik-cabiknya akan sangat mudah, Bagaimana dengan sila ke-3 dari Pancasila: Persatuan Indonesia dengan mudah dilupakan bahkan ditinggalkan?

Tulisan ini hanya sekedar bentuk kekuatiran rakyat kecil yang bodoh dan tidak tau apa-apa yang ingin urun rembug. Semoga tulisan singkat ini menjadi bahan refleksi para pemimpin di negeri tercinta ini, Indonesia.

Jumat, 10 April 2015

GURU... OH GURU...

Belajar dari sejarah..., pada saat Jepang hancur krn bom atom sehingga mengakhiri perang dunia ke II, saat itu untuk membangun Jepang dari puing2 kehancuran akibat perang, Kaisar jepang tidak bertanya masih berapa tentara yang tersisa, tetapi berapa guru yang masih tersisa. Mereka sadar bahwa fondasi pendidikan yang kuat akan dapat membangun menjadi bangsa yang kuat.

Indonesia di jaman awal merdeka sangat menghargai guru sebagai pribadi dan profesi yang terhormat di masyarakat, bagaimana sekarang...?

Menjadi guru  bagi saya adalah profesi yang sangat saya banggakan dan sekaligus memiliki tanggungjawab yang besar. Keberhasilan mendidik anak bangsa akan menjadi modal yang sangat penting untuk kemajuan bangsa. Tetapi saat-saat ini menjadi guru bukan hal yang mudah karena penuh dengan tekanan, guru tidak lagi memiliki independensi dalam menjalankan tugas panggilan profesinya. Tekanan demi tekanan semakin berat membebani guru.

Sertifikasi guru...? yang katanya untuk mensejahterakan guru tetapi dalam implementasi di bawah justru menjadi momok karena seabrek aturan dan persayaratan. Guru menjadi menjadi tertekan dalam menjalankan tugas profesinya karena kuatir tidak mendapat tunjangan profesinya sebab tidak memenuhi seabrek persyaratan, belum lagi tekanan sososial dan psikologis dari masyarakat karena khalayak menganggap menjadi guru adalah profesi yang enak karena banyak libur, gajinya BESAR, tapi kenapa tidak banyak masyarakat yang memilih menjadi guru? Bagaimana guru akan dapat menjalankan tugasnya dengan baik, inivatif dan produktif kalau dalam suasana tertekan? kalau guru tidak menuruti "aturan-aturan" meskipun aturan-aturan itu tidak mambuat guru menjadi nyaman maka sudah menjadi menanti di depan yaitu tidak menerima tunjangan sertifikasi.

Mohon ditinjau kembali kebijakan ini, kalau memang ingin mensejahterakan guru tidak usah pakai seabrek aturan yang justru guru tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan nyaman dan mengembangkan kreatifitasnya. Aturan-aturan yang kontraproduktif justru akan merugikan karena anggaran yang dikeluarkan menjadi tidak efektif.

Guru... oh... Guru... beritata yang mengenaskan ada seorang guru yang .... kerena tidak mendapatkan tunjangan sertifikasi. Apakah profesionalitas guru hanya ditentukan dengan  banyaknya jam mengajar dan dapat memenuhi semua ketentuan administrasi? atau bagaimana guru dapat terus bersemangat dalam tugas mengajar dan mendidik anak bangsa dengan kreatif dan inovatif serta tetap mencintai profesinya?

Rabu, 25 Februari 2015

WAKTU BERLALU BEGITU CEPAT

Tanpa terasa tahun 2015 sudah dijalani hampir dua bualan, rasanya seperti baru kemarin malam merayakan tutup tahun 2014 dan menyambut tahun baru 2015.
Apakah yang membuat waktu berjalan begitu cepat?
Kesibukan kerja ...?
Tugas dan tanggung jawab ...?
Pelayanan ...?
"Sekiranya waktunya tidak dipersingkat tidak ada seorangpun yang selamat"
Kejahatan terus bertambah dalam kualitas, kuantitas, dan intensitas
"Biarlah yang kudus terus bertambah kudus, yang benar terus bertambah benar, dan yang setia terus bertambah setia".
Pergunakanlah waktu yang ada dengan sebaik-baiknya karena hari demi hari dunia makin bertambah jahat.
Tuhan Yesus pasti datang kembali, Dia yang berjanji tidak pernah ingkar janji karena Dia adalah Allah yang setia. Tuhan pasti menolong orang-orang pilihan-Nya, amin ....
Jangan lelah bekerja buat Tuhan dan di ladang Tuhan, semua jerih payah kita di dalam Tuha tidak sia-sia.
Bangunlah dan sadarlah jangan tertipu oleh gemerlapnya dunia, iblis ada dibalik semuanya itu sebab dia tahu bahwa waktunya makin singkat.
Mintalah urapan dan penyertaan Roh Kudus, sebab tangpa Roh Kudus kita tidak akan mampu, sebab kesukaran akan semakin besar.